Aku Juga Ada di Sini

10 Januari, 2015

Resensi A Girl Who Loves A Ghost karya Alexia Chen

A Girl Who Loves A GhostA Girl Who Loves A Ghost by Alexia Chen
My rating: 4 of 5 stars

Pertama-tama, saya harus mengucapkan selamat kepada Alexia Chen alias Dee untuk novel keduanya. Satu setengah tahun lalu saya membantu Dee sebagai beta-reader novel Vandaria Saga: Nedera, Negeri Kegelapan. Kali ini saya menjadi pembaca biasa saja.

A Girl Who Loves A Ghost (disingkat Ghost) berkisah tentang Aleeta Jones, seorang mahasiswi Jakarta, yang "ditempeli" hantu tampan bernama Yuto Nakano. Aleeta ini keturunan Amerika (maksudnya berkulit putih, tapi sayang tidak ada petunjuk keluarga ayahnya berasal dari negara Eropa mana sebelum datang ke Amerika) dan Tiongkok (China). Aleeta tinggal berdua saja dengan adiknya (supaya petualangannya sepanjang buku ini tidak diganggu orang tua mereka). Dalam perjalanan berangkat kuliah, Aleeta membaca berita pembunuhan di koran dan mendoakan korban. Sama sekali tak dia sangka bahwa doanya mendatangkan orang itu... berupa arwah penasaran.

Yuto memaksa Aleeta untuk menyelidiki pembunuhan dirinya dan mencari adiknya yang menghilang. Tak sanggup menolak sang hantu tampan, Aleeta terpaksa keluar dari hidupnya yang tenang dan berkali-kali terjebak dalam bahaya. Siapakah pembunuh Yuto? Apa motifnya? Ke manakah perginya adik Yuto? Apakah kepergian adik Yuto berhubungan dengan pembunuhan?

Novel ini dibuka dengan prolog yang mendebarkan. Sayangnya, karena prolog itu kutipan dari salah satu adegan di akhir cerita, sesudah itu saya menemukan bab pertama berupa kehidupan sehari-hari Aleeta. Ya, itu dia, porsi kehidupan sehari-hari Aleeta terlalu banyak. Saya sering mengerutkan dahi karena tidak sabar, ingin Aleeta dan Yuto segera bergerak melanjutkan penyelidikan mereka.

Cinta berkembang di antara Aleeta dan Yuto (ini sudah jelas dari judul buku, jadi bukan spoiler ya). Saya sempat khawatir kejadiannya terlalu cepat seperti tokoh-tokoh di novel Nedera, tapi syukurlah tidak. Aleeta dan Yuto menghabiskan banyak waktu bersama sepanjang cerita, jadi saya mengerti bagaimana cinta itu tumbuh. Hanya saja, saya ingin lebih banyak aksi menegangkan daripada roman.

Penulisan Ghost sangat rapi (walau kadang-kadang terlalu rapi), jadi saya pikir Ghost bisa dibaca melampaui masanya. Karakter Aleeta dan Yuto sangat berkesan hingga saya merasa mengenal mereka. Sayangnya Ghost membuat saya bingung latar waktu dan tempatnya; waktu karena Aleeta tidak digambarkan menggunakan gawai sebanyak anak muda Jakarta masa kini, tempat karena saya tidak merasa familier saat Aleeta berada di Jakarta dan Bandung.

Penggemar cerita roman dan supernatural akan menyukai Ghost.


View all my reviews