Laman

01 Februari, 2011

Resensi Toby Alone

Resensi ini ditulis oleh Nina S.

Toby hanyalah anak kecil yang baru berumur 13 tahun. Tapi, dalam waktu singkat ia telah menjadi orang yang paling diburu di dunianya. Bayaran yang sangat tinggi akan diberikan pada siapa pun yang mampu menangkapnya. Jadi, ia pun harus bersembunyi, terus lari menghindar, dan berjuang sekeras mungkin untuk menyelamatkan nyawanya—SENDIRIAN.

Tapi, apa istimewanya anak ini?

Well, jawabannya tidak akan diketahui dengan mudah.

Tapi, ketika membaca kalimat awal di buku ini, kita akan langsung dibawa ke sebuah dunia yang berbeda melalui perjalanan Toby Lolness. Toby barangkali tak jauh berbeda dari kebanyakan anak 13 tahun di sekitar kita. Tapi, ia adalah tokoh yang sangat berbeda. Ia hanya memiliki tinggi satu setengah milimeter. Benar. Ia sangat-sangat-sangat kecil. Dan ia hidup di sebuah dunia yang bernama Pohon— yang di mata kita hanya berupa sebatang pohon ek tua yang besar. Seperti seluruh penduduk Pohon, Toby menganggap bahwa tempatnya tinggal adalah satu-satunya dunia yang ada, di mana tiap cabang pohon memiliki penduduk dengan kasta yang berbeda, urut mulai dari Puncak Pohon yang dihuni para penduduk yang glamor, kaya, berpendidikan, dan berkuasa, sampai ke cabang-cabang pohon dari atas hingga Cabang Bawah, tempat Toby dan keluarganya tinggal sekarang ini setelah mereka diasingkan dari Cabang Atas.


Melalui flashback-flashback yang cerdas, setiap misteri pelan-pelan mulai terungkap. Toby, si anak pelarian, kini dikejar-kejar oleh Joe Mitch dan kroni-kroninya yang tamak dan keji sementara kedua orang tuanya disekap entah di mana. Joe Mitch adalah pria yang senang mengeruk kekuasaan dan sangat menginginkan rahasia yang disimpan oleh ayah Toby, yang merupakan ilmuwan kontroversial di dunia itu, demi ambisinya sendiri. Dan melalui sebuah usaha yang tak diduga-duga, akhirnya ayah Toby berhasil membuat Toby terbebas dari genggaman Joe Mitch, namun dengan resiko berat yang membuat Toby terus diburu, karena mereka mengira kalau rahasia itu juga lari bersama Toby.

SANGAT MENARIK. Ide, plot, karakterisasi, dan konflik berkembang dengan baik.Melihat dunia Toby, lengkap dengan deskripsi tentang masyarakat sosial, struktur politik, dan konstruksi dunia skala kecil yang tergambar dengan jelas, kita akan dibuat masuk ke dalam dunia Pohon yang ada dalam buku itu. Tapi, untungnya, hal-hal tersebut tidak menjadi sesuatu yang membosankan, karena penulisnya memberikan porsi yang tak berlebihan hingga segala macam keseriusan bisa menjadi sesuatu yang enak dibaca.Setiap karakter pun dikembangkan dengan baik, sehingga tokoh-tokoh minor yang ada berhasil memberikan kontribusi yang besar sekalipun muncul sebentar saja.


Hal lain yang membuat buku ini lebih menarik adalah konsep kecil yang menjadi sesuatu yang ‘besar’. Pengetahuan-pengetahuan yang bagi kita biasa-biasa saja menjadi sesuatu yang mengubah dunia Toby. Melalui ayah Toby, kita akan dibawa untuk mendalami tentang pohon itu sendiri. Ayah Toby memiliki teori bahwa Pohon tempat mereka tinggal selama ini juga hidup, bahwa ada dunia dan kehidupan lain di luar sana, bahwa getah pohon yang digunakan untuk menopang kehidupan mereka selama ini merupakan ‘darah’ dari pohon itu, dan bahwa ketamakan Joe Mitch dalam mengeksploitasi getah pohon tanpa kontrol hanya akan mendatangkan kehancuran bagi dunia Pohon dan seluruh penduduknya. Tapi, tentu saja, teori baru yang sangat mengguncang itu ditentang oleh semua orang, terutama Joe Mitch. Ini mengingatkan tentang kejadian nyata seperti ketika dunia pertama kali dikejutkan bahwa bumi itu sebenarnya bulat, bahwa bumi berputar, bahwa manusia bisa terbang ke bulan, dan semacamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar di Sini :)