Aku Juga Ada di Sini

14 Februari, 2011

Numbers karya Rachel Ward

Resensi ini ditulis oleh Nina S.


Bagi Jem, melihat angka bukanlah sesuatu yang mudah. Tentu saja, karena angka-angka yang muncul setiap ia bertatapan dengan orang lain adalah angka kematian.
Jem, 15 tahun, memang seorang gadis dengan kemampuan tak biasa. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan penglihatan yang ia miliki. Namun, saat ibunya meninggal karena overdosis di usianya yang baru sebelas tahun, barulah ia sadar kalau angka-angka itu sebenarnya adalah tanggal kematian.

01 Februari, 2011

The Incorrigible Children of Ashton Place

Resensi ini ditulis oleh Nina S.

-The Misterious Howling-

by Maryrose Wood

Cerita ini dibuka dengan kemunculan Penelope Lumley—gadis lima belas tahun yang baru saja lulus dari Akademi Swanburne—yang melakukan perjalanan panjang untuk wawancara kerja pertamanya. Ia pergi ke Ashton Place, kawasan rumah pribadi yang ternyata sangat besar dengan pemiliknya yang kaya raya, untuk melamar kerja sebagai pengajar anak-anak di rumah itu. Setelah wawancara singkat, ia pun langsung diterima. Yang tak pernah ia sangka-sangka, anak-anak yang harus ia didik adalah tiga anak yang tidak biasa. Ia bertemu dengan anak-anak dengan tingkah binatang yang hanya bisa melolong dan terkunci di dalam gudang gelap dengan hanya jerami dan selimut untuk menghangatkan tubuh mereka. Setelah itu, barulah ia diberitahu bahwa ketiga anak itu adalah anak-anak yang ditemukan di dalam hutan pribadi milik keluarga Ashton saat perburuan dan kemungkinan besar telah dibesarkan oleh serigala.


Resensi Toby Alone

Resensi ini ditulis oleh Nina S.

Toby hanyalah anak kecil yang baru berumur 13 tahun. Tapi, dalam waktu singkat ia telah menjadi orang yang paling diburu di dunianya. Bayaran yang sangat tinggi akan diberikan pada siapa pun yang mampu menangkapnya. Jadi, ia pun harus bersembunyi, terus lari menghindar, dan berjuang sekeras mungkin untuk menyelamatkan nyawanya—SENDIRIAN.

Tapi, apa istimewanya anak ini?

Well, jawabannya tidak akan diketahui dengan mudah.

Tapi, ketika membaca kalimat awal di buku ini, kita akan langsung dibawa ke sebuah dunia yang berbeda melalui perjalanan Toby Lolness. Toby barangkali tak jauh berbeda dari kebanyakan anak 13 tahun di sekitar kita. Tapi, ia adalah tokoh yang sangat berbeda. Ia hanya memiliki tinggi satu setengah milimeter. Benar. Ia sangat-sangat-sangat kecil. Dan ia hidup di sebuah dunia yang bernama Pohon— yang di mata kita hanya berupa sebatang pohon ek tua yang besar. Seperti seluruh penduduk Pohon, Toby menganggap bahwa tempatnya tinggal adalah satu-satunya dunia yang ada, di mana tiap cabang pohon memiliki penduduk dengan kasta yang berbeda, urut mulai dari Puncak Pohon yang dihuni para penduduk yang glamor, kaya, berpendidikan, dan berkuasa, sampai ke cabang-cabang pohon dari atas hingga Cabang Bawah, tempat Toby dan keluarganya tinggal sekarang ini setelah mereka diasingkan dari Cabang Atas.

A Thousand Tomorrows

Resensi ini ditulis oleh Nina S.

A Thousand Tomorrow
Ribuan Hari Esok
ISBN: 978-602-8801-50-8
Ukuran: 12.5 x 19 cm
Halaman: 384 halaman
Terbit: Desember 2010
Harga: Rp49.900,00


Cody Gunner adalah pemuda yang terluka karena masa lalunya, terluka karena ditinggal ayahnya begitu saja saat masih kecil, dan kemudian membenci ibunya karena tidak berbuat apa-apa untuk membuat keluarga itu tetap utuh. Satu-satunya orang yang ia sayangi hanyalah Carl Joseph, adiknya yang menderita down syndrome—yang ternyata menjadi penyebab utama kenapa ayahnya pergi. Cody membawa kemarahan itu terus-menerus sampai dewasa hingga ia tidak pernah membiarkan siapapun untuk masuk ke dalam kehidupannya, dan selalu menghindari apapun yang berkaitan dengan ayahnya, termasuk menolak kesempatan untuk bermain sepak bola walaupun itu adalah bakat alaminya.