Aku Juga Ada di Sini

26 September, 2012

Nicky di Negeri Sejuta Mimpi


Winter DreamsWinter Dreams by Maggie Tiojakin
My rating: 4 of 5 stars

Winter Dreams adalah novel karya Maggie Tiojakin, seorang penerjemah yang terkenal dengan terjemahan cerpen-cerpen sastranya dalam Fiksi Lotus. Pertama kali saya mendengar tentang novel ini adalah ketika Maggie menjadi pembicara di Festival Pembaca Indonesia akhir tahun lalu. Selain sampulnya yang cantik dengan misterius, Maggie juga menggugah penonton dengan menegaskan kehadiran tokoh utama yang anti-hero dan latar cerita Amerika Serikat.

Sederhananya, seorang tokoh anti-hero tidak memenuhi harapan kita tentang pahlawan atau teladan yang sedikit-banyak kita harapkan dari sosok protagonis. Nicky F. Rompa tidak mempunyai prestasi khusus atau bahkan sekadar hobi yang membuat dirinya menarik. Dia hidup seperti hanya demi melewati hari demi hari tanpa tujuan yang berarti. Pertengkaran Nicky dengan ayahnya membuat ibunya, yang sudah bercerai dengan ayahnya, mengirimnya untuk tinggal di Amerika Serikat. Meninggalkan bangku kuliahnya di Indonesia, Nicky memulai hidup di negeri sejuta mimpi sebagai illegal alien atau pendatang gelap.




Maggie Tiojakin, foto dari  http://maggietiojakin.com/ 


Kecenderungan Nicky yang membiarkan hidupnya mengalir saja ini memengaruhi keseluruhan cerita. Melalui rangkaian kata yang indah sekaligus apa adanya, kita akan melihat bermacam-macam hal terjadi kepada Nicky, menyimak kehadiran orang-orang yang berbeda dalam hidup Nicky. Sang tokoh utama tidak memandang apa pun keadaannya sebagai sesuatu yang perlu diperjuangkan, apalagi ditaklukkan. Semua reaksi Nicky adalah usaha untuk bertahan. Dapat dikatakan ini perubahan yang menenangkan setelah membaca banyak buku dengan tokoh utama menerobos segala rintangan dengan penuh tekad.

Salah satu terjemahan Maggie


Lantas tidak berarti novel ini minim arti. Maggie mempunyai cara sendiri untuk menyuguhkan makna keluarga, persahabatan, percintaan, kepercayaan, dan kehidupan pada umumnya. Saya terkejut, dan terkesan, dengan sudut pandang tokoh utama laki-laki yang sangat apa adanya, jejak penulisnya yang wanita hampir tak terasa. Cara Nicky menghadapi akhir hubungannya dengan Polina merupakan bagian yang paling mengesankan bagi saya. Ketegangan demi ketegangan hadir secara halus kala Nicky bergonta-ganti pekerjaan dan merindukan keluarganya. Ketegangan yang lebih tajam terasa ketika kelanjutan tragedi 11 September mempersulit keadaan Nicky dan teman-temannya sesama pendatang gelap. Pada akhir novel ini, ketika Nicky mempertimbangkan untuk kembali ke Jakarta, sebuah ajakan sederhana justru merupakan hadiah sejati bagi perkembangan pribadi Nicky selama ini, yaitu penerimaan.

Memang ini bukan novel yang membuat tangan saya tak sanggup melepaskannya sebelum habis dibaca, tapi saya merindukan Nicky sebagaimana merindukan sahabat yang telah lama pergi.


View all my reviews

8 komentar:

Tinggalkan Komentar di Sini :)