Lament karya Maggie Stiefvater (akan diterbitkan oleh Ufuk Press pada September 2010)
Deirdre Monaghan (Dee) tidak menyangka bakat musiknya akan menarik perhatian peri, dan itu semua dimulai pada festival musik yang diikutinya. Siapa yang kira ketika ia sedang dalam kondisi terburuk (muntah akibat gugup sebelum pertunjukan), seorang pria tampan membantunya menenangkan diri? Tidak cukup sampai di situ, lelaki yang mengaku bernama Luke ini bahkan entah bagaimana berpasangan dengannya dalam pertunjukan: Dee bermain harpa, Luke bermain flute. Didampingi oleh Luke, Dee berhasil memukau penonton dengan suaranya yang sejernih malaikat. Setelah semuanya usai, Luke menghilang begitu saja.
Itulah awal pertemuan Dee dengan Luke, sekaligus awal segala bencana yang melanda gadis 16 tahun itu. Orang-orang terdekatnya mengalami musibah, dan Dee terus-menerus diintai atau dibuntuti. Apa peran Luke dalam semua ini? Bisakah Dee memercayainya? Bagaimana dengan perasaan yang mulai tumbuh di dalam dada Dee?
Lament karya Maggie Stiefvater bukanlah novel fantasi kontemporer biasa. Maggie berhasil membungkusnya dengan musik dan romansa yang menggetarkan. Kehadiran Luke mungkin mengingatkan kita dengan Patch dari Hush Hush, tapi dalam versi yang lebih dewasa dan lebih tenang. Sementara itu, Dee adalah heroine yang semula tampak biasa saja, bahkan rapuh, tapi ternyata ia kuat dan tidak gentar. Humor yang dilontarkan oleh sahabat Dee, namanya James, bisa mengingatkan kita kepada Simon dari serial The Mortal Instruments.
Tentu saja, Maggie tidak sekadar mencampur baur apa yang telah ada dalam novel-novel remaja lainnya. Lament akan menghanyutkan kita ke dalam alunannya, dan membuai kita dalam liris kata-katanya.
Baca bab pertamanya di http://nyanyianbahasa.wordpress.com/mengunduh/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar di Sini :)