Aku Juga Ada di Sini

06 Maret, 2012

Resensi The Lost Hero: Pahlawan yang Hilang (Ingatan)


The Lost Hero (Heroes of Olympus, #1)The Lost Hero by Rick Riordan
My rating: 4 of 5 stars

Penerbit: Mizan Fantasi, Cetakan I Januari 2012
Penerjemah: Reni Indardini
Penyunting: Tendy Yulianes
Peresensi: Melody Violine
Tebal: 586 halaman

Dengan suksesnya serial Percy Jackson, kita tentu berharap karya-karya Rick Riordan berikutnya (setidaknya) bisa memberikan kepuasan yang setara, apalagi bagi seri The Heroes of Olympus yang merupakan lanjutan dari Percy Jackson. Kira-kira begitulah perasaan saya ketika nomor pertamanya yang berjudul The Lost Hero sampai di tangan. Pertama dilihat, tebalnya lebih, gambar sampulnya juga wow... ada naga mekanis! Apakah akan ada unsur mekanika dalam seri ini, tidak melulu sabet-sabetan dan sihir?


Saya pun tidak kecewa...


Seperti Red Pyramid, The Lost Hero diceritakan secara bergantian dari kacamata tokoh-tokoh utamanya (tapi tetap dengan sudut pandang orang ketiga), yaitu Jason, Piper, dan Leo. Sejak awal cerita, Riordan langsung menyodorkan kita kepada keganjilan yang genting: Jason tidak ingat apa-apa tentang dirinya. Piper merasa Jason adalah pacarnya sementara Leo menganggap Jason sebagai sahabatnya, tapi apakah benar demikian?


Darmawisata sekolah yang diikuti oleh trio ini segera berubah menjadi bencana ketika roh badai menyerang mereka. Saat membela diri dan teman-temannya, Jason mendapati bahwa dirinya mahir berpedang serta akrab dengan petir dan angin. Dibawalah mereka bertiga ke Perkemahan Blasteran tempat mereka diantar berkeliling oleh para pekemah senior seperti Annabeth. Hmm, ada Annabeth, tapi di mana Percy?




Ketiadaan Percy dan ingatan Jason yang kabur menjadikan seri The Heroes of Olympus tak tertahankan penasarannya. Apakah kedua fonemena ini berhubungan dengan Ramalan Besar berikutnya? Tapi Riordan tidak berhenti di situ. Piper dan Leo punya latar belakang masing-masing yang membuat kita penasaran bagaimanakah peran mereka dalam kisah ini? Saya tidak akan membocorkan banyak perihal mereka berdua karena lebih seru jika kita mengetahuinya sambil  membaca. Sedikit hal yang saya rasa menarik dari mereka adalah Piper keturunan suku Cherokee sementara Leo punya ibu seorang Latin. Saya senang bisa menemukan variasi seperti ini sejak Red Pyramid dengan sosok Carter dan Sadie yang berayah seorang Afrika. Keunikan dari Leo yang mahir merakit barang dan Piper yang bisa membujuk orang sejak awal menggoda kita untuk menerka-nerka siapakah dewa/dewi yang akan mengklaim mereka sebagai anaknya?


Kejenakaan dan kelincahan khas Riordan tetap bisa kita nikmati di dalam The Lost Hero, apalagi bersama tokoh Leo yang konyol. Saya memuji Riordan yang menyediakan alasan kuat bagi Leo untuk bersikap konyol. Ini berarti Riordan sanggup membentuk karakter yang kuat. Begitu pula halnya dengan Piper dan tindak-tanduknya. Teka-teki demi teka-teki diungkap oleh Riordan dengan cukup cepat, tapi malah menghadapkan kita kepada misteri yang semakin besar. Keunggulan lain dari novel ini adalah hadirnya konsep perubahan sifat dewa-dewi Yunani ketika menjadi dewa-dewi Romawi. Apakah konsep ini menjadi akar bagi Ramalan Besar kedua yang menjadi konflik kali ini? Saya curiga demikian. The Lost Hero pun sedikit lebih dewasa daripada Red Pyramid sehingga bumbu romansa tidak akan tertinggal tapi tetap tidak “keasinan”. Pada intinya, penikmat kisah-kisah fantasi petualangan akan senang membaca buku ini.


View all my reviews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar di Sini :)