The Ogre of Oglefort by Eva Ibbotson
My rating: 3 of 5 stars
Seorang nenek sihir (Hag) dan teman-teman anehnya di asrama khusus orang “tidak biasa” harus berangkat ke pertemuan orang-orang “tidak biasa” se-London. Karena binatang pendamping Hag mogok, ia mencari-cari pengganti dan akhirnya terpaksa pergi dengan Ivo, anak laki-laki dari panti asuhan yang sering mengobrol dengannya. Di pertemuan, tiga nenek cenayang menyuruh mereka (Hag, Ivo, penyihir bernama Dr. Brian, dan troll bernama Ulf) untuk menyelamatkan seorang putri dari ancaman ogre jahat di kastil Ogrefort. Begitu tiba di sana, mereka terkejut menemukan bahwa ogre itu tidak jahat (sudah terlalu lelah untuk berbuat jahat) dan putri itu (Mirella) malah datang sendiri ke Olgrefort karena ingin diubah menjadi burung. Setelah Mirella berubah pikiran dan tidak mau menjadi burung lagi, mereka membereskan kastil itu dan menemukan berbagai hal menarik.
Orangtua Mirella mengirim tentara untuk menyelamatkannya dan tiga nenek cenayang mengirim tiga hantu karena menganggap Hag dan kawan-kawan gagal melaksanakan tugas. Tidak ada yang berhasil menumpas ogre itu (Dennis) atau membawa pulang Mirella. Dennis meminta ketiga bibinya datang untuk memberikan kastilnya, tapi mereka mengeluh dan memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Ketiga bibi ini meninggalkan sebutir telur yang sudah lama seharusnya menetas. Mirella dan Ivo dan anjing mereka yang dinamai Charlie dengan senang hati merawat telur itu.
Penuturannya sangat cocok untuk anak-anak, panjang-pendek kalimatnya sesuai dan punya rima yang enak untuk dibacakan. Setiap karakter dideskripsikan dengan menarik dan ada banyak hal yang lucu dan mengerikan sekaligus, sehingga anak-anak akan tergelitik membacanya.
Sebenarnya novel ini berpotensi bagus, tapi setelah sepertiga bagian pertama yang menunjukkan tanda-tanda ceritanya akan seru, sisanya malah membosankan. Jalan ceritanya memang tidak terduga, tapi malah mengecewakan. Menarik bahwa ternyata ogre itu tidak jahat dan sang putri datang atas kemauannya sendiri, tapi kejadian-kejadian berikutnya pasang surut dan tidak ada tanjakan sampai klimaks. Serbuan tentara dan hantu sempat membuat ceritanya menarik, tapi setelah itu hanya ada ribet sana ribet sini tanpa hal mendebarkan sama sekali. Bahkan telur itu tidak menetas di akhir cerita.
View all my reviews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Komentar di Sini :)